DISUSUN OLEH :
erik yuliantoro
TEMANGGUNG
2011/2012
Pengertian
Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air
bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian
di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat
terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air
sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan
tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung
apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan
air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber
air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai
kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal.
Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara
aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air
tersedia yang dibutuhkan tanaman.
v Aspek irigasi
Menjelaskan tentang: Aspek engineering dan Aspek
agricultural. Aspek engineering menyangkut:
- Penyimpanan, penyimpangan, dan pengangkutan
- Membawa air ke lading pertanian,
- Pemakaian air untuk persawahan,
- Pengeringan air yang berlebihan, dan
- Pembangkit tenaga air
v Aspek Agrikultural, menyangkut:
- Kedalaman pemberian air,
- Distribusi air secara seragam dan berkala,
- Kapasitan dan aliran yang berbeda, dan
- Reklamasi tanah tandus dan tanah alkaline.
v Fungsi Irigasi
- memasok kebutuhan air tanaman
- menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
- menurunkan suhu tanah
- mengurangi kerusakan akibat frost
- melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah
v Tujuan Irigasi
Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah
lahan pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering
kekurangan air.
- Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras
- Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi
- Meningkatkan intensitas tanam
- Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan jaringan irigasi perdesaan
v Manfaat Irigasi
Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di
pedesaan. Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan
untuk peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat.
Sejarah Irigasi di Indonesia
v Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara
Sejak
Mesir Kuno telah dikenal dengan
memanfaatkan Sungai Nil. Di Indonesia, irigasi tradisional telah juga
berlangsung sejak nenek moyang kita. Hal ini dapat dilihat juga cara bercocok
tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Dengan membendung kali
secara bergantian untuk dialirkan ke sawah. Cara lain adalah mencari sumber air
pegunungan dan dialirkan dengan bambu yang bersambung. Ada juga dengan membawa
dengan ember yang terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali yang
dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga.
v Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda
Sistem
irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam melaksanakan Tanam Paksa
(Cultuurstelsel) pada tahun 1830. Pemerintah Hindia Belanda dalam Tanam Paksa tersebut mengupayakan agar
semua lahan yang dicetak untuk persawahan maupun perkebunan harus menghasilkan
panen yang optimal dalam mengeksplotasi tanah jajahannya.
Sistem
irigasi yang dulu telah mengenal saluran primer, sekunder, ataupun tersier.
Tetapi sumber air belum memakai sistem Waduk Serbaguna seperti TVA di Amerika Serikat. Air dalam irigasi lama
disalurkan dari sumber kali yang disusun dalam sistem irigasi terpadu, untuk
memenuhi pengairan persawahan, di mana para petani diharuskan membayar uang
iuran sewa pemakaian air untuk sawahnya.
v Waduk Jatiluhur 1955 di Jawa Barat dan Pengalaman TVA 1933 di Amerika Serikat
Tennessee
Valley Authority (TVA) [1] yang diprakasai oleh Presiden AS Franklin D.
Roosevelt pada tahun 1933 merupakan salah satu Waduk Serba Guna yang
pertama dibangun di dunia [2]. Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930
melanda seluruh dunia, sehingga TVA adalah salah satu model dalam membangun
kembali ekonomi Amerika Serikat.
Isu
TVA adalah mengenai: produksi tenaga listrik, navigasi, pengendalian banjir,
pencegahan malaria, reboisasi, dan kontrol erosi, sehingga di kemudian
hari, Proyek TVA menjadi salah satu model dalam menangani hal yang mirip. Oleh
sebab itu, Proyek Waduk Jatiluhur merupakan tiruan yang hampir mirip dengan TVA
di AS tersebut.
Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan
Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan
itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang
luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor
asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun
dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.
Jenis Irigasi
v Irigasi Permukaan
Irigasi
Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui
bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan
bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi
melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer,
sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya
adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
v Irigasi Lokal
Sistem
ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi,
di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar
hanya terbatas sekali atau secara lokal.
v Irigasi dengan Penyemprotan
Penyemprotan
biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan
seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih
dahulu, kemudian menetes ke akar.
v Irigasi Tradisional dengan Ember
Di
sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping
itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.
v Irigasi Pompa Air
Air
diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan
dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau
irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
v Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi
Di
Afrika yang kering dipakai sustem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air.
DAERAH IRIGASI
A.
Pandangan Umum
Susunan daerah irigasi ialah
penyusunan tanah-tanah yang akan dialiri dalam beberapa bidang dan penyusunan
jaring-jaring penyaluran airnya dengan pembuatan bangunan-bangunan untuk
mengatur pembagian dan pemberian air ke bidang tanah-tanah itu, dan juga
pembuatan saluran-saluran dan bangunan-bangunan yang diperlukan untuk
melancarkan penyaluran dan pembuangan air.
Untuk
dapat memenuhi terhadap tujuan diatas yang harus disusun adalah bidang-bidang
tanah yang akan diairinya. Bidang-bidang tanah itu harus disusun sedemikian
rupa, hingga gabungan dari bidang-bidang tanah itu semuanya dapat diairi dari
suatu tempat pengambilan air.
Air
untuk irigasi diambil dari sungai, mata air danau, atau waduk (sumber air).
Pada umumnya air dari sungai lebih baik dari pada air waduk karena mengandung
lumpur yang biasanya baik untuk tanaman.
Waduk dibuat untuk membantu
kekurangan air pada waktu musim kemarau dan untuk mengairi tanah di musim
kemarau. Juga dengan maksud lain yang tidak berhubungan langsung dengan
irigasi, misalnya untuk mendapatkan tenaga air guna pembangkit tenaga listrik
atau untuk persediaan air minum, dll.
Air terdapat dari sungai atau waduk
disalurkan ke saluran induk lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder, dari sini
dibagi-bagikan ke saluran tersier, dengan perantara bangunan bagi atau bangunan
penyadap tersier. Dari saluran tersier airnya baru dapat di diberikan ke
sawah-sawah untuk mengairi tanaman dalam satu petak tersier.
Dari saluran induk dan saluran
sekunder orang sama sekali tidak diperkenankan untuk mengambil air langsung
untuk mengairi sawah-sawah, karena akan mengacaukan pembagian airnya.
Dari saluran induk hanya dapat
diambil airnya ke saluran tersier dengan perantara bangunan penyadap tersier
untuk mengairi suatu petak tersier. Seluas bidang tanah yang dapat air dari
sebuah sungai, waduk, danau, dsb. dengan sebuah saluran induk disebut suatu
“Daerah Irigasi”.
Menurut kesempurnaan pengairannya
daerah irigasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Daerah irigasi sederhana: jika
pengaliran air ke sawah-sawah tidak dapat diatur dengan seksama dan banyaknya
aliran tidak dapat diukur, berarti tidak ada bangunan-bangunan tetap untuk
mengairi dan mengukur penyaluran airnya.
2. Daerah irigasi setengah teknis,
jika penyaluran airnyadapat diatur akan tetappi banyaknya aliran tidak tidak
dapat diukur, berarti ada bangunan-bangunan tetap guna mengatur penyaluran
airnya, akan tetapi tidak ada bangunan-bangunan pengukur banyaknya aliran, jadi
pembagian airnya tidak dapat dilakukan dengan seksama.
3. Daerah irigasi teknis, jika
penyaluran airnya dapat diatur dan banyaknya aliran dapat diukur, karena itu
pembagian airnya dapat dilakukan dengan seksama.
Pada
umumnya syarat untuk daerah irigasi teknis adalah:
1. Semuanya sawah-sawah dan ladang-ladang
dalam daerah irigasi tehnis harus dapat diairi dari satu saluran induk menurut
kebutuhannya dengan cara pemberian air yang mudah diperiksa, dapat diatur dan
banyaknya aliran dapat diukur.
2. Air yang tidak dibutuhkan untuk
tanaman harus mudah dapat dibuang ke saluran pembuangan atau sungai.
B.
Penyusunan bidang-bidang tanah
Daerah irigasi teknis dibagi-bagi
dalam beberapa bidang tanah yang disebut petak-petak penghabisan, petak-petak
pengairan atau petak-petak tersier dan ditetapkan tempat pengambilan airdari
saluran irigasi untuk tiap-tiap bidang tanah (petak tersier) itu.
Bentuk
dari suatu petak tersier harus tertentu dan luasnyapetak-petak tersier jangan
terlalu banyak perbedaan.
Luasnya petak tersier dapat diambil:
Di tanah datar : 200 – 300 ha
Di tanah agak miring : 100 – 200 ha
Di tanah perbukitan : 50 – 100 ha
Petak
tersier yang besar menyulitkan pengurusan pembagian airnya, sedang petak
tersier yang kecil membutuhkan banyak bangunan-bangunan penyadap tersier yang
menjadikan mahal dalam pembuatannya.
Petak-petak tersier untuk pengairan teknis harus
mencukupi terhadap syarat-syaratnya
Syarat-syarat untuk petak tersier
ialah:
1. harus
mempunyai bentuk dan luas tertentu
jika bentuk
atau luasnya dari petak-petak tersier terlalu berbeda-beda, maka kehilangan
airnya dan juga kebutuhan airnya akan berbada pula.
2. batas
petak tersier harus jelas dan pemberian airnya harus ditetapkan di suatu
tempat.
3. dari
tempat pemberian air seluruh tanah di dalam petak itu harus bisa mendapat air.
4. air yang
telah dipergunakan dan air hujan harus dapat dibuang dengan tidak terganggu
5. petak
tersier seolah-olah harus terletak dalam satu desa, jika tidak mungkin baru
drencanakan dalam 2 & 3 desa.
6. petak
tersier harus merupakan satu bidang tanah yang tidak terpisah-pisah
7. bangunan
penyadap tersier (pemberian air) harus seolah-olah di perbatasan petak tersier,
jika tidak mungkin supaya letak petak itu tidak jauh dari bangunan penyadap
tersier.
Petak
teriser merupakan satuan dari daerah irigasi. Gabungan dari peta-petak tersier
yang mendapat air dari satu saluran sekunder merupakan satu ”petak sekunder”
Gabungan dari seluruh petak-petak tersier dan petak
sekunder yang mendapat air dari satu saluran induk merupakan satu ”Daerah
Irigasi”
Peta daerah irigasi yang dibagi-bagi dalam beberapa
petak tersier dinamai ”Peta Petak Pengairan”, berikut adalah contoh dari peta
petak pengairan, biasanya dibuat dalam skala 1: 20.000.
Dalam menyusun Peta Petak Pengairan harus
diperhatikan syarat-syaratnya, dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap pemilihan jalannya saluran-saluran guna penyaluran air, misalnya:
a. batas
petak-petak sekunder harus direncanakan petak-petak tersier, dengan
memperhatikan syarat-syaratnya
b. jalannya
saluran irigasi harus direncanakan dengan mengingat supaya seluruh tanah dalam
daerah irigasi bisa medapat air, jalan saluran irigasi diusahakan
sependek-pendeknya.
c. Jalanya
saluran pembuangan direncanakan menurut lembah tanah, lalu dialirkan ke sungai.
C. Penyusunan Bangunan-Bangunan Irigasi
Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang
pengambilan dan pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang
sering dijurnpai dalam praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2)
bangunan pembawa, (3) bangunan bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunanm pengatur
muka air, (6) bangunan pernbuang dan penguras serta (7) bangunan pelengkap.
1. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu
sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan
sumber airnya, bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3) pengambilan dari waduk, dan
(4) stasiun pompa.
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya
yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud
untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai
elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis
bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage)
dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung
biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan
pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi
sungai menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani.
Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan
pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara,
gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang
dilayani.
c. Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat
terjadi kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari
kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada urnumnya waduk
dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pernbangkit listrik,
peredam banjir, pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk
untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk
irigasi. Alokasi pernberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang
dilayani serta karakteristik waduk.
d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan
apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk
dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik
pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar
namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.
2. Bangunan
Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan
air dari surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam
bangunan pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring.
Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama
desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan
berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern irigasi.
a) Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju
saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
b) Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang
menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
sadap terakhir
c) Saluran tersier membawa air dari bangunan yang
menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
boks tersier terkahir
d) Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang
menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks
kuarter terkahir
3. Bangunan Bagi
dan sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada
saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang
dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter
bangunan bagi ini masingmasing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan
sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran
tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat
digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya
mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaku.
a) Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka
air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
b) Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau
bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka
ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit
yang masuk saluran dapat diatur.
c) Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan
untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.
4. Bangunan
pengatur dan pengukur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang
direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan
sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan
sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat
mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan
debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur
dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan.
Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur.
Beberapa contoh bangunan pengukur debit diberikan pada Tabel berikut
5. Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk
membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak
sawah dibuang melalui saluran pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran
dibuang melalui bengunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu
saluran pembuang kuerter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder
dan saluran pernbuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :
a)
Mengeringkan sawah
b)
Mernbuang kelebihan air hujan
c)
Mernbuang kelebihan air irigasi
Saluran
pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari
saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier menampung air
buangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pernbuang primer menampung dari
saluran pernbuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kernbali ke sungai.
6. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana
namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan
irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi sebagai
untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan
pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan
pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan, tangga
mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
FuEGzuiK9osM:&imgrefurl=http://advanced-icon-set.luckyicon.com/&docid=-azEBDqRwyPFGM&imgurl=http://advanced-icon-set.luckyicon.com/pictures/stock-icons/ais-v10/luckyicon-advanced-icon-set-v10.png&w=404&h=313&ei=SSNHT4biJYSGrAfu6LDLDw&zoom=1
4.
http://cwienn.wordpress.com/2009/06/01/perencanaan-pelaksanaan-bangunan-irigasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar