Senin, 02 September 2013

IRIGASI



MAKALAH IRIGASI


DISUSUN OLEH :
erik yuliantoro



 TEMANGGUNG
2011/2012

Pengertian Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai  pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek).  Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air.  Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.  Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal.  Pemberian air irigasi yang efisien selain  dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh  kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.
v  Aspek irigasi

Menjelaskan tentang: Aspek engineering dan Aspek agricultural. Aspek engineering menyangkut:
  1. Penyimpanan, penyimpangan, dan pengangkutan
  2. Membawa air ke lading pertanian,
  3. Pemakaian air untuk persawahan,
  4. Pengeringan air yang berlebihan, dan
  5. Pembangkit tenaga air
v  Aspek Agrikultural, menyangkut:
  1. Kedalaman pemberian air,
  2. Distribusi air secara seragam dan berkala,
  3. Kapasitan dan aliran yang berbeda, dan
  4. Reklamasi tanah tandus dan tanah alkaline.
v  Fungsi Irigasi
  • memasok kebutuhan air tanaman
  • menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
  • menurunkan suhu tanah
  • mengurangi kerusakan akibat frost
  • melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah
v  Tujuan Irigasi
Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah lahan pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering kekurangan air.
  1. Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras
  2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi
  3. Meningkatkan intensitas tanam
  4. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan jaringan irigasi perdesaan
v  Manfaat Irigasi
Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan untuk peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat.


Sejarah Irigasi di Indonesia

v  Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara

Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan Sungai Nil. Di Indonesia, irigasi tradisional telah juga berlangsung sejak nenek moyang kita. Hal ini dapat dilihat juga cara bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Dengan membendung kali secara bergantian untuk dialirkan ke sawah. Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan dan dialirkan dengan bambu yang bersambung. Ada juga dengan membawa dengan ember yang terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali yang dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga.

v  Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda

Sistem irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam melaksanakan Tanam Paksa (Cultuurstelsel) pada tahun 1830. Pemerintah Hindia Belanda dalam Tanam Paksa tersebut mengupayakan agar semua lahan yang dicetak untuk persawahan maupun perkebunan harus menghasilkan panen yang optimal dalam mengeksplotasi tanah jajahannya.
Sistem irigasi yang dulu telah mengenal saluran primer, sekunder, ataupun tersier. Tetapi sumber air belum memakai sistem Waduk Serbaguna seperti TVA di Amerika Serikat. Air dalam irigasi lama disalurkan dari sumber kali yang disusun dalam sistem irigasi terpadu, untuk memenuhi pengairan persawahan, di mana para petani diharuskan membayar uang iuran sewa pemakaian air untuk sawahnya.

v  Waduk Jatiluhur 1955 di Jawa Barat dan Pengalaman TVA 1933 di Amerika Serikat

Tennessee Valley Authority (TVA) [1] yang diprakasai oleh Presiden AS Franklin D. Roosevelt pada tahun 1933 merupakan salah satu Waduk Serba Guna yang pertama dibangun di dunia [2]. Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930 melanda seluruh dunia, sehingga TVA adalah salah satu model dalam membangun kembali ekonomi Amerika Serikat.
Isu TVA adalah mengenai: produksi tenaga listrik, navigasi, pengendalian banjir, pencegahan malaria, reboisasi, dan kontrol erosi, sehingga di kemudian hari, Proyek TVA menjadi salah satu model dalam menangani hal yang mirip. Oleh sebab itu, Proyek Waduk Jatiluhur merupakan tiruan yang hampir mirip dengan TVA di AS tersebut.
Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Jenis Irigasi

v  Irigasi Permukaan

Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.

v  Irigasi Lokal

Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.

v  Irigasi dengan Penyemprotan

Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.

v  Irigasi Tradisional dengan Ember

Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.

v  Irigasi Pompa Air

Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.

v  Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi

Di Afrika yang kering dipakai sustem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air.

DAERAH IRIGASI
A. Pandangan Umum
Susunan daerah irigasi ialah penyusunan tanah-tanah yang akan dialiri dalam beberapa bidang dan penyusunan jaring-jaring penyaluran airnya dengan pembuatan bangunan-bangunan untuk mengatur pembagian dan pemberian air ke bidang tanah-tanah itu, dan juga pembuatan saluran-saluran dan bangunan-bangunan yang diperlukan untuk melancarkan penyaluran dan pembuangan air.
Untuk dapat memenuhi terhadap tujuan diatas yang harus disusun adalah bidang-bidang tanah yang akan diairinya. Bidang-bidang tanah itu harus disusun sedemikian rupa, hingga gabungan dari bidang-bidang tanah itu semuanya dapat diairi dari suatu tempat pengambilan air.
Air untuk irigasi diambil dari sungai, mata air danau, atau waduk (sumber air). Pada umumnya air dari sungai lebih baik dari pada air waduk karena mengandung lumpur yang biasanya baik untuk tanaman.
Waduk dibuat untuk membantu kekurangan air pada waktu musim kemarau dan untuk mengairi tanah di musim kemarau. Juga dengan maksud lain yang tidak berhubungan langsung dengan irigasi, misalnya untuk mendapatkan tenaga air guna pembangkit tenaga listrik atau untuk persediaan air minum, dll.
Air terdapat dari sungai atau waduk disalurkan ke saluran induk lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder, dari sini dibagi-bagikan ke saluran tersier, dengan perantara bangunan bagi atau bangunan penyadap tersier. Dari saluran tersier airnya baru dapat di diberikan ke sawah-sawah untuk mengairi tanaman dalam satu petak tersier.
Dari saluran induk dan saluran sekunder orang sama sekali tidak diperkenankan untuk mengambil air langsung untuk mengairi sawah-sawah, karena akan mengacaukan pembagian airnya.
Dari saluran induk hanya dapat diambil airnya ke saluran tersier dengan perantara bangunan penyadap tersier untuk mengairi suatu petak tersier. Seluas bidang tanah yang dapat air dari sebuah sungai, waduk, danau, dsb. dengan sebuah saluran induk disebut suatu “Daerah Irigasi”.
Menurut kesempurnaan pengairannya daerah irigasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Daerah irigasi sederhana: jika pengaliran air ke sawah-sawah tidak dapat diatur dengan seksama dan banyaknya aliran tidak dapat diukur, berarti tidak ada bangunan-bangunan tetap untuk mengairi dan mengukur penyaluran airnya.
2. Daerah irigasi setengah teknis, jika penyaluran airnyadapat diatur akan tetappi banyaknya aliran tidak tidak dapat diukur, berarti ada bangunan-bangunan tetap guna mengatur penyaluran airnya, akan tetapi tidak ada bangunan-bangunan pengukur banyaknya aliran, jadi pembagian airnya tidak dapat dilakukan dengan seksama.
3. Daerah irigasi teknis, jika penyaluran airnya dapat diatur dan banyaknya aliran dapat diukur, karena itu pembagian airnya dapat dilakukan dengan seksama.
Pada umumnya syarat untuk daerah irigasi teknis adalah:
1. Semuanya sawah-sawah dan ladang-ladang dalam daerah irigasi tehnis harus dapat diairi dari satu saluran induk menurut kebutuhannya dengan cara pemberian air yang mudah diperiksa, dapat diatur dan banyaknya aliran dapat diukur.
2. Air yang tidak dibutuhkan untuk tanaman harus mudah dapat dibuang ke saluran pembuangan atau sungai.

B. Penyusunan bidang-bidang tanah
Daerah irigasi teknis dibagi-bagi dalam beberapa bidang tanah yang disebut petak-petak penghabisan, petak-petak pengairan atau petak-petak tersier dan ditetapkan tempat pengambilan airdari saluran irigasi untuk tiap-tiap bidang tanah (petak tersier) itu.
Bentuk dari suatu petak tersier harus tertentu dan luasnyapetak-petak tersier jangan terlalu banyak perbedaan.
Luasnya petak tersier dapat diambil:
Di tanah datar : 200 – 300 ha
Di tanah agak miring : 100 – 200 ha
Di tanah perbukitan : 50 – 100 ha
Petak tersier yang besar menyulitkan pengurusan pembagian airnya, sedang petak tersier yang kecil membutuhkan banyak bangunan-bangunan penyadap tersier yang menjadikan mahal dalam pembuatannya.
Petak-petak tersier untuk pengairan teknis harus mencukupi terhadap syarat-syaratnya
Syarat-syarat untuk petak tersier ialah:
1. harus mempunyai bentuk dan luas tertentu
jika bentuk atau luasnya dari petak-petak tersier terlalu berbeda-beda, maka kehilangan airnya dan juga kebutuhan airnya akan berbada pula.
2. batas petak tersier harus jelas dan pemberian airnya harus ditetapkan di suatu tempat.
3. dari tempat pemberian air seluruh tanah di dalam petak itu harus bisa mendapat air.
4. air yang telah dipergunakan dan air hujan harus dapat dibuang dengan tidak terganggu
5. petak tersier seolah-olah harus terletak dalam satu desa, jika tidak mungkin baru drencanakan dalam 2 & 3 desa.
6. petak tersier harus merupakan satu bidang tanah yang tidak terpisah-pisah
7. bangunan penyadap tersier (pemberian air) harus seolah-olah di perbatasan petak tersier, jika tidak mungkin supaya letak petak itu tidak jauh dari bangunan penyadap tersier.
Petak teriser merupakan satuan dari daerah irigasi. Gabungan dari peta-petak tersier yang mendapat air dari satu saluran sekunder merupakan satu ”petak sekunder”
Gabungan dari seluruh petak-petak tersier dan petak sekunder yang mendapat air dari satu saluran induk merupakan satu ”Daerah Irigasi
Peta daerah irigasi yang dibagi-bagi dalam beberapa petak tersier dinamai ”Peta Petak Pengairan”, berikut adalah contoh dari peta petak pengairan, biasanya dibuat dalam skala 1: 20.000.
Dalam menyusun Peta Petak Pengairan harus diperhatikan syarat-syaratnya, dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pemilihan jalannya saluran-saluran guna penyaluran air, misalnya:
a. batas petak-petak sekunder harus direncanakan petak-petak tersier, dengan memperhatikan syarat-syaratnya
b. jalannya saluran irigasi harus direncanakan dengan mengingat supaya seluruh tanah dalam daerah irigasi bisa medapat air, jalan saluran irigasi diusahakan sependek-pendeknya.
c. Jalanya saluran pembuangan direncanakan menurut lembah tanah, lalu dialirkan ke sungai.
C. Penyusunan Bangunan-Bangunan Irigasi
Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijurnpai dalam praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa, (3) bangunan bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunanm pengatur muka air, (6) bangunan pernbuang dan penguras serta (7) bangunan pelengkap.
1.    Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3) pengambilan dari waduk, dan (4) stasiun pompa.
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
c. Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada urnumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pernbangkit listrik, peredam banjir, pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pernberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.
d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.
2.    Bangunan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern irigasi.
a) Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
b) Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
c) Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terkahir
d) Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir
3.    Bangunan Bagi dan sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini masingmasing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaku.
a) Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
b) Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.
c) Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.
4.    Bangunan pengatur dan pengukur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur. Beberapa contoh bangunan pengukur debit diberikan pada Tabel berikut
5.    Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran pernbuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :
a) Mengeringkan sawah
b) Mernbuang kelebihan air hujan
c) Mernbuang kelebihan air irigasi
Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier menampung air buangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pernbuang primer menampung dari saluran pernbuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kernbali ke sungai.
6.    Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
FuEGzuiK9osM:&imgrefurl=http://advanced-icon-set.luckyicon.com/&docid=-azEBDqRwyPFGM&imgurl=http://advanced-icon-set.luckyicon.com/pictures/stock-icons/ais-v10/luckyicon-advanced-icon-set-v10.png&w=404&h=313&ei=SSNHT4biJYSGrAfu6LDLDw&zoom=1
4.      http://cwienn.wordpress.com/2009/06/01/perencanaan-pelaksanaan-bangunan-irigasi/
                                                                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar